Sekolah Rakyat: Mensejajarkan Mimpi Anak Bangsa

PROGRAM Sekolah Rakyat lahir dari pemahaman mendalam Presiden Prabowo Subianto--Disway
Mulai teater, tari tradisional, hingga futsal. Malam harinya, ada penguatan materi literasi, numerasi, bahasa Inggris, dan pendidikan keagamaan.
Rutinitas ini, lanjut Ratu, meski sempat membuat beberapa siswa awal mengundurkan diri karena belum terbiasa, terbukti berhasil membentuk pribadi yang disiplin.
"Yang menggantikan justru bisa lebih cepat beradaptasi dan betah tinggal di sini," papar Ratu, menekankan tingginya antusiasme masyarakat.
Seleksi Berbasis Kesejahteraan, Bukan Nilai Akademik
Salah satu keunikan Sekolah Rakyat adalah kriteria penerimaannya. Tidak seperti sekolah pada umumnya yang menyeleksi berdasarkan nilai akademik.
Sekolah Rakyat fokus pada kondisi ekonomi. Siswa dipilih dari keluarga dengan kategori desil 1 dan 2, yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial.
Hal ini memastikan program ini benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan. "Jadi, tidak ada seleksi berdasarkan nilai akademik," tegas Ratu Mulyanengsih.
Kurikulum yang diterapkan juga dirancang khusus dan berbeda dari sekolah biasa. Kurikulum yang digunakan merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan.
Seperti deep learning, pembelajaran berbasis empati, dan metode praktik langsung di lapangan.
Bahkan, menurut Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Mohammad Nuh, kurikulumnya mencakup materi-materi modern seperti coding, cyber security, dan data science.
"Kurikulumnya kami racik ulang agar sesuai dengan kebutuhan siswa yang menimba ilmu di sekolah rakyat.
Di sisi lain, para pengajar dan wali asuh juga diseleksi ketat oleh Kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan.
Mereka adalah profesional yang tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga empati tinggi.
Nizham Faiz Ghazali, sebagai salah satu pengajar, menjelaskan pendekatannya adalah sistem among. Yaitu harus membangun empati yang lebih besar terhadap anak-anak.
Selama proses belajar, bakat-bakat non-akademik para siswa mulai bermunculan. Dari tari tradisional, teater, musik, hingga judo.
Ratu Mulyanengsih menjelaskan sebenarnya potensi ini akan terlihat jelas sejak awal MPLS.
Sumber: