Danantara Akan Kuasai Pasar ASEAN

Danantara Akan Kuasai Pasar ASEAN

Indonesia kini bersiap menjadi kekuatan baru di panggung investasi Asia Tenggara.--Disway

Salah satu misi Danantara yang paling berat adalah merapikan struktur BUMN yang selama ini dinilai “amburadul”.

Banyak perusahaan negara memiliki struktur kepemilikan tumpang tindih, bisnis yang tak fokus, dan manajemen yang lemah.

Danantara menjawab tantangan itu dengan strategi sub-holding—mengelompokkan BUMN berdasarkan sektor agar lebih fokus dan efisien.

Tak hanya itu, revitalisasi menyeluruh juga dilakukan: dari injeksi modal, perombakan manajemen, hingga tata kelola yang transparan dan adaptif.

Berbeda dari lembaga investasi konvensional, Danantara mengusung pendekatan inklusif dan berdampak sosial. Mereka bukan sekadar investor, tapi juga pengembang ekosistem.

Misalnya, digitalisasi rantai pasok pertanian dan perikanan telah meningkatkan pendapatan petani dan nelayan hingga tiga kali lipat.

Investasi pada pendidikan digital pun telah melahirkan talenta-talenta muda yang siap bersaing di industri teknologi.

Menurut Bramantyo Wijaya dari PT Nusantara Kapital Sekuritas, Danantara lebih berani masuk ke sektor baru seperti green energy, fintech, dan AI.

"Mereka lebih adaptif dan punya semangat membangun dari nol. Ini nilai lebih yang tidak dimiliki Temasek maupun Khazanah,” ujarnya.

BACA JUGA:Ini Alasan Kenapa Aromaterapi Ruangan Wajib Ada di Rumah Anda

Magnet Investasi Baru di Asia Tenggara

Analis dari berbagai institusi, termasuk PT Cakra Investama Sekuritas dan PT Naga Emas Sekuritas, menyebut Danantara sebagai "disruptor" di kawasan.

Mereka membawa semangat inovatif dalam mengisi kekosongan strategi investasi yang selama ini tidak tergarap pemerintah.

Kekuatan Danantara juga ditopang oleh struktur organisasi berisi profesional kelas dunia seperti Rosan Roeslani (CEO), Pandu Sjahrir (CIO), dan dukungan dewan penasihat seperti Ray Dalio hingga Thaksin Shinawatra.

Namun tantangan tetap ada.

Pengamat ekonomi dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menekankan pentingnya merit system, akuntabilitas, dan penolakan intervensi politik.

Sumber: