Kenapa Remaja Lebih Nyaman Curhat ke AI? Ahli Ungkap Risikonya

Kenapa Remaja Lebih Nyaman Curhat ke AI? Ahli Ungkap Risikonya

Fenomena meningkatnya remaja yang lebih memilih curhat kepada kecerdasan buatan (AI) ketimbang orang tua, teman, maupun guru, menjadi perhatian akademisi IPB University. --Freepik

Ia menekankan peran orang tua dan sekolah sangat penting.

Orang tua perlu membangun komunikasi dua arah, mendengarkan tanpa menghakimi, sekaligus memberikan literasi digital tentang risiko berbagi data pribadi.

“Sesekali tanyakan kepada anak, dengan cara suportif, apa yang ia bicarakan dengan AI. Pendampingan aktif ini krusial agar remaja tidak salah langkah,” tutur Dr Yulina.

Bagi sekolah, integrasi literasi digital dan emosional dalam kurikulum menjadi kebutuhan mendesak.

Guru bimbingan konseling (BK) juga perlu memahami fenomena ini agar remaja tetap nyaman berbicara dengan manusia. 

BACA JUGA:Buktikan Khasiat Minum Rebusan Kunyit untuk Kesehatan, Ini Kata Ahli

“Sekolah dapat membentuk peer support system, yakni kelompok teman sebaya terlatih untuk mendengarkan. Dengan begitu, remaja tidak hanya bergantung pada AI,” jelasnya.

Fenomena remaja curhat ke AI, lanjut Dr Yulina, harus dijadikan momentum memperkuat komunikasi sehat dalam keluarga dan lingkungan sekolah.

Terakhir, ia menyarankan agar platform AI sebaiknya menerapkan moderasi konten ketat, transparansi data, serta safeguard otomatis untuk merespons kata kunci berbahaya.

“AI sebaiknya diposisikan sebagai pendamping, bukan pengganti psikolog atau konselor. AI hanyalah alat, bukan pengganti relasi manusia,” pungkasnya.

Sumber: