Kenapa Remaja Lebih Nyaman Curhat ke AI? Ahli Ungkap Risikonya

Fenomena meningkatnya remaja yang lebih memilih curhat kepada kecerdasan buatan (AI) ketimbang orang tua, teman, maupun guru, menjadi perhatian akademisi IPB University. --Freepik
KALTARA, DISWAY.ID - Fenomena meningkatnya remaja yang lebih memilih curhat kepada kecerdasan buatan (AI) ketimbang orang tua, teman, maupun guru, menjadi perhatian akademisi IPB University.
Kepala Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University, Dr Yulina Eva Riany, menegaskan bahwa tren ini perlu dipahami secara kritis karena menyimpan peluang sekaligus tantangan bagi tumbuh kembang remaja.
“Bagi remaja, AI dianggap netral dan tidak menghakimi. Mereka merasa lebih aman mengungkapkan perasaan tanpa takut dimarahi, disalahkan, atau diejek,” jelas Dr Yulina.
BACA JUGA:Ahli Gizi Ungkap Makanan Terbaik saat Keracunan, Salah Satunya Air Kelapa!
Ia menambahkan, ketersediaan AI selama 24 jam membuatnya seolah menjadi ‘teman virtual alami’ bagi generasi Z dan Alpha.
Namun, di balik sisi positif sebagai penyalur emosi, fenomena ini mencerminkan adanya kesenjangan komunikasi antara remaja dengan orang tua maupun jejaring sosialnya.
Menurut Dr Yulina, jika tidak dikelola dengan baik, curhat kepada AI dapat menimbulkan risiko serius, mulai dari privasi data hingga dampak psikologis.
“Remaja bisa saja mengalami kebocoran data pribadi karena interaksi mereka tersimpan di server penyedia layanan AI,” ujarnya.
BACA JUGA:Apa Bedanya Ikan Salem dan Kembung? Ahli Ungkap Fakta Menarik
Selain itu, ketergantungan emosional pada AI berpotensi menghambat keterampilan sosial remaja.
AI yang selalu memberi respons instan membuat remaja kurang belajar mengelola frustasi, menunggu, atau bernegosiasi dengan orang lain.
“Keterampilan empati, membaca ekspresi wajah, dan komunikasi nyata bisa tereduksi jika semua curhat digantikan AI,” tambahnya.
BACA JUGA:Ahli Jelaskan Fenomena Blood Moon, saat Bulan Berwarna Merah Jingga
Sumber: