Dari Perbatasan Tarakan Menuju Kepemimpinan Advokasi Nasional

Dari Perbatasan Tarakan Menuju Kepemimpinan Advokasi Nasional

Ferry Mario Zakaria Ngelo, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Teknologi Yogyakarta, yang juga penggiat organisasi ekstrakampus Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi DIY (LMND), melihat kepemimpinan sebagai pertemuan antara analisis, empati, da--Istimewa

KALTARA, DISWAY.ID - Sebuah kawasan pesisir Tarakan, menjadi gerbang perbatasan Kalimantan Utara, seorang pemuda mencoba menembus batas-batas peradaban.

Mengawali dari akar rumput hingga ke puncak, dari tempat luput dari perhatian, serta dari suara-suara yang sayup terdengar.

Ferry Mario Zakaria Ngelo, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Teknologi Yogyakarta, yang juga penggiat organisasi ekstrakampus Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi DIY (LMND), melihat kepemimpinan sebagai pertemuan antara analisis, empati, dan keberanian untuk menindak.

“Tugas seorang pemimpin adalah menerjemahkan realitas, penderitaan, dan hambatan yang dialami kelompok marginal ke dalam bahasa kebijakan,” ungkapnya dalam essay kepemimpinan FLC 2025.

Pada 2024, Mario terpilih melalui seleksi nasional sebagai penerima Human Rights Academy Scholarship yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII).

BACA JUGA:DPRD Kaltara Soroti Kritisnya Fasilitas Keberhasilan Tarakan di Tengah Anggaran Seret

Kelompok kecil mahasiswa dan aktivis terpilih yang membekalinya advokasi strategis dan riset kebijakan, kemudian ia turut berperan dalam bagian koordinasi dengan 35 anggota tim dalam proyek advokasi kelompok penghayat Sapta Dharma Yogyakarta.

Mario dan tim mulai mengoordinasikan riset lapangan, mendokumentasikan hambatan administratif, mengkaji aspek legalitas, hingga bertemu secara langsung dengan komunitas.

Hasil kajiannya menjadi bahan advokasi kebijakan untuk Pusham UII sekaligus dasar kampanye edukasi publik untuk melawan stigma.

BACA JUGA:Wawali Tarakan Dorong Generasi Muda Berpikir Kritis dan Junjung Nilai Pancasila

Dari pengalaman itulah ia menyimpulkan satu prinsip penting, bahwa pemimpin advokasi adalah penerjemah realitas masyarakat ke dalam bahasa kebijakan.

Dan penerjemah kebijakan yang mengembalikannya ke masyarakat dalam narasi yang mudah dipahami. Kerja sunyi yang menghubungkan suara-suara kecil dengan ruang keputusan yang besar.

BACA JUGA:Liburan Akhir Tahun, Vietnam Airlines Buka Rute Jakarta-Hanoi, Segini Promonya

BrainZ Hub Community: Ruang Tumbuh dari Perbatasan

Juli 2025, Mario kembali pulang ke Tarakan, menyadari kekosongan yang harus diisi dengan potensi anak muda.

Sumber: