Butuh Waktu Berbulan-bulan, Ini Proses Rumit di Balik Kain Tenun Kalimantan Utara

Butuh Waktu Berbulan-bulan, Ini Proses Rumit di Balik Kain Tenun Kalimantan Utara

Bagi masyarakat adat di Kalimantan Utara, khususnya suku Dayak dan Tidung, kain tenun bukan sekadar bahan sandang.--Rumah Batik Bedjo

Proses menenun dilakukan menggunakan alat tradisional yang disebut gedogan.

Tidak seperti mesin modern, gedogan digerakkan secara manual.

Pengrajin harus duduk berjam-jam setiap hari, dengan ritme dan kesabaran tinggi agar hasil tenunan rapi dan sesuai pola.

"Kalau motif rumit seperti Enggang atau motif pusaran ombak, bisa makan waktu 3 sampai 5 bulan. Apalagi kalau ukurannya panjang untuk selendang adat," kata Siti Halimah, seorang penenun dari Kabupaten Malinau.

Setiap warna dan motif pada kain tenun Kalimantan Utara memiliki filosofi.

Warna merah melambangkan keberanian dan kekuatan, warna hitam berarti perlindungan dari roh jahat, dan warna putih mencerminkan kesucian.

Bahkan dalam budaya Dayak, pemakaian kain tenun tertentu bisa membawa keberuntungan atau jadi bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur

Karena makna dan proses rumit itulah, kain tenun Kalimantan Utara banyak diburu kolektor, desainer lokal, hingga pasar luar negeri.

Beberapa desainer bahkan menyebutnya sebagai "permata tekstil dari hutan tropis Borneo".

 

 

Sumber: