Indonesia Perang Lawan TBC

Senin 25-08-2025,07:14 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

Ngabila juga menyinggung hal mendasar tentang sistem kesehatan. Tenaga medis harus terlatih. Data TBC harus digital. Real-time. Dan lintas sektor. Karena TBC erat kaitannya dengan faktor sosial-ekonomi.

"Pendekatan sosial-ekonomi juga penting. Adanya dukungan program bantuan sosial atau jaminan kesehatan bagi pasien TBC, terutama yang kehilangan penghasilan," imbuhnya.

"Peningkatan kualitas hunian dan gizi Masyarakat. Karena faktor lingkungan dan malnutrisi berkontribusi pada tingginya risiko TBC," papar Ngabila.

Kepala Seksi Pelayanan Medik & Keperawatan RSUD Taman Sari itu juga menyoroti soal vaksinasi TBC.

Apakah dengan vaksin bisa menekan kasus tersebut?

"Vaksinasi memang berperan penting dalam pencegahan TBC. Tapi konteksnya harus dipahami lebih mendalam," ungkapnya.

Sejatinya, vaksin TBC sendirian tidak cukup menekan kasus di Indonesia. Ia efektif melindungi bayi dan anak, tetapi belum menyelesaikan masalah utama penularan pada orang dewasa.

"Kombinasi program vaksin, deteksi dini, kepatuhan pengobatan, dan perbaikan sosial-ekonomi adalah kunci untuk menurunkan angka kasus signifikan," jelasnya.

Ngabila juga menyoroti angka 93.000 kematian per tahun akibat TBC di Indonesia. Hal ini menunjukkan penularan masih tinggi. Artinya pengendalian belum optimal.

BACA JUGA:Bahaya Mengintai dari Klinik, 600 Alat Kesehatan Bermerkuri Ditarik dari Faskes di Kaltara

Pencegahan Perlu Dilakukan di 2 Level Besar: 

Mencegah orang sehat tertular

Mencegah kematian atau kekambuhan pada penyintas

"Mengurangi angka kematian akibat TBC tidak bisa hanya mengandalkan terapi. Perlu pendekatan komprehensif," terang Ngabila.

Pendekatan Komprehensif Itu Mencakup: 

Pencegahan penularan melalui edukasi dan lingkungan sehat

Perawatan pasien yang berkesinambungan dan ramah pasien

Kategori :