Kebutuhan Program MBG, Butuh 5 Ton Beras dan 200 Kg Telur untuk 3 Ribu Anak
Kepala BGN, Dadan Hindayana --Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
KALTARA, DISWAY.ID - Indonesia membutuhkan inovasi teknologi pangan yang mampu menjamin keamanan, kualitas, dan keberlanjutan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi jutaan anak sekolah. Salah satunya freeze dried.
Kebutuhan tersebut menjadi sorotan utama dalam Seminar Nasional dan Pertemuan Forum Komunikasi Perguruan Tinggi-Teknologi Pertanian Indonesia (FKPT-TPI) 2025 yang digelar di Auditorium Abdul Muis Nasution, Kampus IPB Dramaga (18/11).
Baik Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dr Dadan Hindayana maupun Kepala Lembaga Riset Internasional Pangan, Gizi dan Kesehatan (LRI-PGK) IPB University, Prof Drajat Martianto, sepakat bahwa kontribusi teknologi pangan, riset, dan inovasi perguruan tinggi sangat menentukan keberhasilan MBG.
BACA JUGA:Target Swasembada Protein 2026, Pemerintah Siapkan 82,9 Juta Porsi MBG
“Indonesia butuh teknologi freeze dried dari para ahli teknologi pangan agar program ini berjalan kuat dan berkelanjutan,” tegas Dr Dadan. Teknologi freeze dried dinilai penting untuk memastikan makanan tetap segar, higienis, dan mudah didistribusikan dalam skala besar.
Dr Dadan menegaskan bahwa tantangan MBG tidak hanya berkaitan dengan distribusi, tetapi juga penyediaan makanan berkualitas yang aman dikonsumsi setiap hari.
“Kita membutuhkan teknologi di mana makanan dimasak segar, berkualitas, higienis, tetapi tahan sampai besoknya. Karena itu, saya berharap teknologi freeze drying bisa dikembangkan lebih luas,” ujarnya. Teknologi ini, lanjutnya, berpotensi menjaga mutu pangan tanpa mengurangi kandungan gizinya.
BACA JUGA:Puluhan Siswa Keracunan MBG, Bupati Nunukan Terjun Langsung Menyebrang ke Sebatik
Dr Dadan menjelaskan besarnya kebutuhan pangan untuk satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
“Untuk 3.000 anak, satu bulan bisa butuh 5 ton beras, setara 10 ton gabah kering giling per bulan,” katanya.
Kebutuhan komoditas lain seperti telur, ayam, hingga buah konsumsi pun sangat besar.
“Untuk telur saja, 3.000 anak memerlukan setidaknya 200 kg sekali masak. Kalau dua kali seminggu, kebutuhan bisa mencapai 1,6 ton telur per bulan,” jelasnya.
BACA JUGA:Puluhan Siswa Keracunan MBG, Bupati Nunukan Terjun Langsung Menyebrang ke Sebatik
Ia menilai Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan produksi konvensional. Kehadiran MBG, menurutnya, membawa pendekatan baru karena produksi dan pembelian pangan dijamin pemerintah.
Sumber: