Alex Pastoor Tinggalkan Timnas Indonesia, Akui Antusiasme Suporter tapi Tak Mampu Redam Tekanan

Alex Pastoor, Mantan Asisten Pelatih Timnas Indonesia--X @FandomID_
KALTARA, DISWAY.ID – Kiprah Alex Pastoor bersama Timnas Indonesia resmi berakhir.
Meski hanya sekitar 10 bulan mengisi pos sebagai asisten pelatih, pria asal Belanda itu membawa kesan mendalam soal gairah sepakbola di Tanah Air yang ternyata tak lepas dari tekanan besar di baliknya.
Pastoor merupakan bagian dari tim pelatih yang dipimpin oleh Patrick Kluivert, yang dikontrak oleh PSSI pada Januari 2025 untuk menangani Timnas senior, U-23, dan U-20.
Namun pada Kamis, 16 Oktober 2025, federasi mengumumkan bahwa kerja sama dengan Kluivert dan seluruh staf kepelatihannya diputuskan secara mutual termination alias kesepakatan bersama.
BACA JUGA:Fujitsu FMV UX-K3: Laptop Super Ringan 634 Gram dengan performa Gahar, Mau Coba?
Pihak PSSI menyatakan bahwa pemutusan kontrak ini mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dinamika internal tim serta arah pembangunan jangka panjang timnas.
Padahal, kontrak awal Kluivert dan timnya sejatinya berdurasi dua tahun.
Pastoor: Kami Sudah Berusaha, Tapi Itu Tidak Cukup
Dalam wawancaranya dengan media Belanda, Rondo, Alex Pastoor buka suara mengenai masa tugas singkatnya di Indonesia.
Ia mengaku tim pelatih telah memberikan segalanya dalam hal teknis maupun pendekatan ke pemain, namun hasilnya masih belum memenuhi ekspektasi.
"Kami mencoba menjelaskan kepada para pemain apa yang kami harapkan dari mereka, baik di dalam latihan maupun pertandingan. Saya yakin kami sudah melakukan itu sepenuhnya. Tapi sayangnya, itu belum cukup," ujar Pastoor dengan nada realistis.
Gairah Sepakbola Indonesia Tinggi, Tapi Tekanannya Luar Biasa
BACA JUGA:Pernyataan Menteri Purbaya Bangkitkan Harapan, Namun Kinerja Menteri Masih jadi Tantangan
Meski masa kerjanya relatif singkat, Alex Pastoor mengaku dibuat terkesan oleh atmosfer sepakbola Indonesia.
Ia menilai dukungan fanatik dari suporter lokal adalah sesuatu yang luar biasa, namun di sisi lain, ekspektasi tinggi dari publik juga menciptakan tekanan yang tak ringan bagi staf pelatih.
"Sejak awal, kami disambut dengan antusiasme luar biasa. Sepakbola di sana bukan sekadar olahraga, tapi bagian dari kehidupan masyarakat," jelasnya.
Sumber: