Dua Tahun Invasi Gaza: Hamas Kian Lemah, tapi Tetap Beraksi

Kelompok Militan Hamas--University of Navarra
KALTARA, DISWAY.ID - Dua tahun pasca serangan besar-besaran Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza, kondisi kelompok tersebut dinilai mengalami kemunduran signifikan.
Meski begitu, para analis menyebut bahwa Hamas masih eksis dan belum benar-benar tereliminasi dari kancah perlawanan.
Menurut Marina Miron, peneliti dari King’s College London, Hamas masih mampu bertahan secara organisasi, walau tekanan militer Israel sangat besar.
"Mereka kehilangan banyak kekuatan, tapi masih punya struktur komando yang berjalan," ujarnya.
Sebelum konflik kembali memanas pada 7 Oktober 2023, Hamas diperkirakan memiliki antara 25.000 hingga 30.000 personel bersenjata.
BACA JUGA:Jelang Pornas Korpri XVII, Gubernur Kaltara Suntik Semangat Juang ASN: Siap Harumkan Nama Daerah
Pemerintah Israel mengklaim telah menewaskan 17.000 hingga 23.000 dari jumlah tersebut.
Namun, data independen dari ACLED (Armed Conflict Location & Event Data) menunjukkan jumlah korban lebih rendah, sekitar 8.900 jiwa.
Krisis kemanusiaan di Gaza juga memburuk.
Dari total sekitar 66.000 korban jiwa, lebih dari 80 persen disebut merupakan warga sipil, memperlihatkan dampak luas terhadap masyarakat sipil selama dua tahun konflik berlangsung.
Hamas Ganti Strategi: Dari Terbuka ke Taktik Bayangan
Menghadapi tekanan militer yang masif, Hamas disebut telah mengadopsi taktik baru berupa perang gerilya dan perlawanan tersembunyi.
Serangan langsung atau roket ke wilayah Israel memang menurun drastis disebabkan banyak gudang senjata mereka yang hancur.
Namun demikian, kelompok ini masih berhasil melancarkan serangan roket pada September 2025, serta beberapa penyergapan terhadap pasukan Israel di wilayah Khan Younis.
Struktur organisasi yang kini lebih terdesentralisasi memungkinkan mereka tetap bertahan, meski tanpa komando tunggal yang kuat.
Sumber: