Kampus Gotong Royong dalam Pemulihan Bencana Banjir di Sumatera Barat
Seiring meningkatnya risiko banjir dan tanah longsor di berbagai daerah, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University, Prof Dodik Nurrochmat menegaskan pentingnya kebijakan mitigasi berbasis riset.--BNPB
Sementara itu, Kepala LLDikti Wilayah X, Afdalisma menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan pendataan perguruan tinggi dan sivitas akademika terdampak di Sumatra Barat dan Jambi, serta menyalurkan bantuan hasil koordinasi dengan berbagai mitra.
BACA JUGA:Dorong Pencegahan Bullying Mahasiswa, Kampus Harus Jadi Ruang Aman
Ia menjelaskan koordinasi lintas perguruan tinggi akan terus diperkuat untuk memastikan agar bantuan dapat tersalurkan secara cepat dan merata kepada sivitas akademika serta masyarakat terdampak bencana.
“Kami sedang melakukan pemetaan dan koordinasi dengan seluruh perguruan tinggi agar masing-masing kampus membentuk posko mandiri. Posko-posko ini berfungsi untuk mendistribusikan bantuan secara langsung kepada sivitas akademika dan masyarakat umum yang terdampak,” ujar Ketua Afdalisma.
Ia juga menambahkan bahwa LLDikti berperan aktif dalam menyalurkan donasi yang terkumpul dari berbagai sumber, baik dari mitra, dukungan internal LLDikti, maupun partisipasi perguruan tinggi.
Seluruh donasi tersebut hingga saat ini telah didistribusikan secara menyeluruh kepada masyarakat, sivitas akademika, serta perguruan tinggi yang terdampak bencana.
Salah satu mahasiswa Unand yang terdampak bencana banjir dan galodo, Nazwa mengungkapkan bahwa peristiwa tersebut berdampak besar terhadap keberlangsungan kegiatan akademik.
BACA JUGA:Wamen Fauzan di UBT: Kampus Harus Melakukan Transformasi Mindset dan Memperkuat Riset Berdampak
Ia menjelaskan bahwa sejumlah perlengkapan akademik dan penunjang perkuliahan, hilang akibat bencana. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri, terutama menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS).
“Saat kejadian saya sedang berada di kampung halaman di Pariaman. Ketika kembali ke kos pada hari Sabtu, kondisinya sudah rusak parah, terendam lumpur setinggi lutut. Semua barang tidak bisa diselamatkan karena saat banjir terjadi saya tidak berada di tempat,” ungkap Nazwa.
Di tengah situasi tersebut, Ia menilai dukungan kampus menjadi sangat berarti, khususnya bantuan yang berkaitan langsung dengan kebutuhan akademik yang mendesak.
Menurutnya, banyak mahasiswa terdampak yang kehilangan buku pembelajaran, catatan perkuliahan, hingga pakaian yang dibutuhkan untuk mengikuti ujian, sehingga bantuan peralatan dan perlengkapan belajar menjadi prioritas utama.
UPI YPTK Turut Bergerak dalam Bantuan Bencana
Usai melakukan kunjungan ke Unand, kunjungan dilanjutkan ke Universitas Putra Indonesia Yayasan Perguruan Tinggi Komputer (UPI YPTK).
Pada kesempatan tersebut, Rektor UPI YPTK, Muhammad Ridwan melaporkan berbagai kegiatan bantuan bencana yang telah dilakukan UPI YPTK sejak hari pertama bencana terjadi.
Sumber: