90% Bahan Baku Obat Masih Impor, Peneliti Kembangkan Herbal Kembali ke Alam

Selasa 14-10-2025,22:26 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

KALTARA, DISWAY.ID - Di balik tembok kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), semangat membawa hasil riset keluar dari laboratorium dan menjadikannya manfaat nyata bagi masyarakat.

Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), UNS menjadi jembatan antara temuan ilmiah dan kebutuhan publik, mengubah penelitian menjadi solusi yang benar-benar hidup di tengah masyarakat.

Dua di antara keberhasilan itu memiliki benang merah yang sama: memberdayakan potensi lokal untuk menjawab masalah global.

Yang pertama datang dari Pusat Studi Tropical Herbal Medicine, di bawah koordinasi Yuliana.

Pusat studi ini berupaya mengembangkan obat herbal asli Indonesia.

Kedua, dari tim riset biomaterial yang mulanya dikembangkan oleh Joko Triyono menghasilkan material pengisi tulang (bone graft) berbasis sumber daya dalam negeri.

BACA JUGA:Bukan Sekadar Minum Obat Sendiri, Ini Arti Sebenarnya Swamedikasi yang Aman

Menemukan Obat dari Alam Tropis

“Harapannya, produk herbal ini nantinya dapat menjadi pilihan utama dalam terapi penyakit dibandingkan obat-obat sintetis yang kebanyakan masih diimpor,” ujar Yuliana mengenai riset yang sudah dijalaninya selama bertahun-tahun.

Timnya berangkat dari keprihatinan atas ketergantungan Indonesia pada bahan baku obat impor. Lebih dari 90 persen bahan sintetis masih didatangkan dari luar negeri.

Dari tantangan tersebut, mereka mulai menggali khazanah tanaman lokal, terutama yang tumbuh di sekitar Surakarta dan Tawangmangu.

BACA JUGA:Mengenal Stem Cell, Terobosan Medis Obati Deretan Penyakit Ini

Melalui serangkaian uji in silico, in vitro, hingga uji klinis, timnya menyaring ribuan fitokimia untuk menemukan senyawa paling potensial bagi penyakit metabolik seperti diabetes, obesitas, dan anemia.

Salah satu hasil produk unggulan yang telah mulai dihilirisasi adalah Cur-Ko Smart, suplemen herbal yang terbukti membantu mengontrol badai sitokin pada pasien COVID-19. 

“Pasien-pasien yang mengonsumsi produk kami ini mampu menurunkan kadar interleukin dan interferon gamma, sehingga gejala sesak napas dan batuk berkurang,” jelasnya.

Kini, Cur-Ko Smart telah dikembangkan bersama industri farmasi seperti Sidomuncul. Produk ini menjadi contoh nyata hilirisasi riset UNS yang berhasil menembus pasar.

Kategori :