Terungkap! Lansia Rentan Depresi, Ini Solusi dari Psikiater

Terungkap! Lansia Rentan Depresi, Ini Solusi dari Psikiater

Lansia lebih rentan mengalami depresi.--Freepik

KALTARA, DISWAY.ID - Lansia lebih rentan mengalami depresi.

Depresi pada lansia merupakan gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih berkepanjangan, kehilangan minat, energi, serta perubahan pola tidur dan nafsu makan.

Kondisi ini kerap dipicu oleh perubahan besar dalam hidup seperti pensiun, kehilangan pasangan, maupun penyakit kronis.

BACA JUGA:Apa Bedanya Ikan Salem dan Kembung? Ahli Ungkap Fakta Menarik

Menurut dr Riati Sri Hartini, SpKJ, MSc, psikiater sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University, keluarga memiliki peran sangat penting dalam mencegah dan mendampingi lansia yang mengalami depresi.

“Support sosial dari keluarga sangat berpengaruh. Kalau dukungan emosional dan praktis tetap ada, risiko depresi bisa ditekan meski fisik atau kondisi finansial lansia menurun,” jelasnya dalam IPB Podcast yang tayang di YouTube IPB TV.

Lansia, sebagaimana klasifikasi World Health Organization (2023), adalah individu berusia 60 tahun ke atas.

BACA JUGA:Ahli Jelaskan Fenomena Blood Moon, saat Bulan Berwarna Merah Jingga

Usia Lansia

Lansia terbagi dalam beberapa kelompok: usia 60–74 tahun disebut lanjut usia, usia 75–90 tahun elderly, dan di atas 90 tahun masuk kategori very old.

dr Riati menambahkan, faktor penyebab depresi pada lansia sangat beragam, mulai dari penurunan kondisi fisik, kehilangan pasangan atau sahabat, hingga perubahan finansial pascapensiun.

“Selain faktor biologis, aspek sosial menjadi dominan. Lansia bisa merasa kehilangan dukungan satu per satu, yang membuat mereka rentan depresi,” ujarnya.

Gejala depresi pada lansia meliputi suasana hati yang negatif, kehilangan semangat, kelelahan, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, hingga menurunnya konsentrasi. 

Dalam kondisi tertentu, lansia bahkan bisa memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.

“Gejala depresi pada lansia lebih samar karena sering dianggap bagian dari penyakit fisik atau proses penuaan. Itu sebabnya keluarga harus lebih peka,” tutur dr Riati.

Sumber: