Sosiolog: Bencana Banjir Aceh, Sumut, dan Sumbar Turut Runtuhkan Sistem Sosial Desa
Pakar Sosiologi Pedesaan IPB University, Dr Ivanovich Agusta memaparkan mengenai dampak sosial pascabencana yang kerap luput dari perhatian publik.--BNPB
“Petani menanggung dampak terberat dalam jangka panjang akibat lahan rusak, irigasi hancur, ternak hilang, serta berhentinya siklus produksi. Kerentanan petani ini bersifat ekologis sekaligus sosial-ekonomi,” tutur dia.
Rentan Konflik Sosial
Di wilayah terdampak bencana, Dr Ivanovich juga menyebut potensi munculnya konflik sosial dan kecemburuan dalam distribusi bantuan.
Kondisi ini dipicu oleh ketidakjelasan data korban, minimnya transparansi penyaluran bantuan, serta bantuan yang belum merata dan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Dalam situasi bencana, kelelahan psikologis membuat masyarakat lebih sensitif. Ketimpangan kecil saja bisa memicu kecemburuan sosial,” jelasnya.
BACA JUGA:Indonesia Dikepung 3 Sistem Siklon, Ahli Ungkap Penyebab Banjir Ekstrem di Sumatra
Ia juga menyoroti bahwa keterlibatan pemimpin lokal terkadang dipersepsikan negatif apabila dianggap memprioritaskan kelompok atau kerabat tertentu.
Dr Ivanovich menuturkan bahwa bencana bisa menjadi momen tumbuhnya solidaritas, tetapi juga dapat melemahkan kohesi sosial jika pemulihan tidak dikelola dengan baik.
“Gotong royong biasanya sangat kuat di fase awal bencana, ketika warga saling menyelamatkan dan membantu. Namun dalam jangka menengah, kelelahan kolektif dan ketidakpastian pemulihan dapat melemahkan solidaritas,” katanya.
BACA JUGA:Direksi BTN dan BSN Menyapa Langsung Korban Terdampak Banjir di Aceh
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga sangat bergantung pada kecepatan, ketepatan, dan transparansi respons bencana.
“Jika bantuan cepat dan adil, kepercayaan menguat. Jika lambat dan tidak jelas, yang muncul justru frustrasi dan apatisme,” tambahnya.
Menurut Dr Ivanovich, pemulihan masyarakat pascabencana harus dilakukan secara menyeluruh melalui penguatan pemulihan psikososial, pengaktifan kembali pranata sosial, pendataan yang transparan dan partisipatif, pemulihan mata pencaharian warga, penguatan peran pemerintah desa, serta pembangunan sistem mitigasi dan kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas.
“Bencana bukan hanya soal hari ini, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun kembali ketahanan sosial desa untuk masa depan,” pungkasnya
Sumber: