Tantangan Pendidikan Daerah Terpencil, Program Inovatif Nunukan Dipuji Hingga Australia

Tantangan Pendidikan Daerah Terpencil, Program Inovatif Nunukan Dipuji Hingga Australia

Pemerintah daerah bersama para guru dan komunitas pendidikan setempat menghadirkan program-program kreatif agar anak-anak Nunukan tidak tertinggal dari daerah lain.--Pemkab Nunukan

NUNUKAN, DISWAY.ID - NUNUKAN, sebuah kabupaten di ujung utara Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia, kerap disebut sebagai beranda terdepan Indonesia.

Di balik keindahan alamnya, Nunukan menyimpan tantangan besar dalam bidang pendidikan.

Akses yang sulit, jarak antar-pulau, dan keterbatasan fasilitas menjadi kenyataan sehari-hari bagi ribuan pelajar di wilayah perbatasan ini.

Namun, keterbatasan itu justru melahirkan inovasi.

Pemerintah daerah bersama para guru dan komunitas pendidikan setempat menghadirkan program-program kreatif agar anak-anak Nunukan tidak tertinggal dari daerah lain.

Menariknya, beberapa inisiatif tersebut bahkan mendapat sorotan dan apresiasi dari luar negeri, termasuk Australia.

BACA JUGA:Kadin Indonesia Terima Kunjungan Dubes Swiss, Bahas Potensi Kerja Sama Melalui Pendidikan Vokasi

Tantangan Pendidikan di Daerah Perbatasan

Tidak mudah membangun pendidikan di kawasan yang sebagian wilayahnya hanya bisa dijangkau dengan kapal kayu kecil atau perjalanan darat berjam-jam melewati hutan.

Jaringan internet pun sering kali terbatas, sehingga proses belajar daring di masa pandemi lalu menjadi kendala besar.

Selain itu, banyak anak di Nunukan yang harus membantu orang tua bekerja di ladang atau menjadi buruh harian, membuat angka putus sekolah lebih tinggi dibanding wilayah perkotaan.

Kondisi inilah yang memicu pemerintah daerah mencari solusi inovatif.

BACA JUGA:Ketua Umum Kadin Indonesia Temui Menko PMK, Bahas Sinergi SDM, Pendidikan, dan Industri

Program Inovatif: Dari Kelas Terapung hingga Sekolah Komunitas

Salah satu program yang menjadi sorotan adalah kelas terapung di pulau-pulau kecil sekitar Nunukan.

Dengan perahu yang dimodifikasi menjadi ruang belajar sederhana, guru-guru berlayar dari satu pulau ke pulau lain membawa buku, papan tulis, hingga peralatan belajar.

Sumber: