Ahli: Riset Jangan Hanya Fokus Temukan Obat atau Vaksin

Ahli: Riset Jangan Hanya Fokus Temukan Obat atau Vaksin

penguatan riset biomedis di Indonesia tidak hanya berorientasi pada penemuan obat atau vaksin baru, tetapi juga pada pembangunan ekosistem industri biomedis nasional.--UGM

KALTARA, DISWAY.ID - Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Prof drh Huda S Darusman, menegaskan pentingnya pemanfaatan sumber daya hayati Indonesia secara ilmiah, etis, dan berkelanjutan melalui pendekatan farmakologi dan kedokteran komparatif.

Menurut Prof Huda, penguatan riset biomedis di Indonesia tidak hanya berorientasi pada penemuan obat atau vaksin baru, tetapi juga pada pembangunan ekosistem industri biomedis nasional.

Industri ini berpotensi besar menjawab berbagai tantangan global, mulai dari penyakit degeneratif akibat peningkatan usia harapan hidup, hingga kebutuhan obat-obatan baru berbasis sumber daya lokal.

BACA JUGA:90% Bahan Baku Obat Masih Impor, Peneliti Kembangkan Herbal Kembali ke Alam

“Kita perlu menggabungkan bingkai keilmuan farmakologi dan kedokteran komparatif agar sumber daya hayati Indonesia memiliki nilai tambah yang nyata, baik secara saintifik maupun ekonomi,” ungkap Prof Huda saat menyampaikan orasi pada Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University 25 Oktober

Ia menjelaskan bahwa kedokteran komparatif merupakan pendekatan multidisiplin yang menghubungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dalam satu kerangka One Health.

Pendekatan ini memungkinkan para ilmuwan memahami kesamaan biologis antarspesies, sehingga hewan dapat dimanfaatkan sebagai model ilmiah (animal model) dalam penelitian penyakit dan pengembangan obat untuk manusia.

BACA JUGA:Belum Ada Obat Sembuhkan Alzheimer, Gaya Hidup Sehat Jadi Benteng Utama

Pemanfaatan satwa primata Indonesia, seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca nemestrina), menjadi salah satu contoh penting dalam riset biomedis.

Kedekatan taksonomi dan fisiologis primata dengan manusia menjadikannya unggul dalam riset translasi, yaitu tahap penting dari penelitian laboratorium menuju aplikasi klinis.

“Primata memiliki kemiripan genetik dan fisiologis yang tinggi dengan manusia. Dari tingkat molekuler, seluler, hingga organisme, mereka dapat menjadi model yang akurat dalam menguji efektivitas dan keamanan obat,” jelas Prof Huda.

BACA JUGA:Viral! Vaksin Campak Bikin Cacat? Ini Penjelasan Tegas dari Pakar!

Melalui serangkaian penelitian di IPB University, ia telah membuktikan efektivitas pendekatan biomedis komparatif. Beberapa hasilnya antara lain pengembangan kit deteksi antibodi COVID-19 serta riset bahan aktif pala (Myristica fragrans) yang berpotensi sebagai anti kanker pada sel hewan model.

Rangkaian penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu mempercepat transformasi sumber daya alam menjadi produk farmasi unggulan.

Sumber: