Kalbe dan Kemdiktisaintek Umumkan Penerima Dana Penelitian Kalbe Science Awards (RKSA) 2025

Kalbe dan Kemdiktisaintek Umumkan Penerima Dana Penelitian Kalbe Science Awards (RKSA) 2025

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) terus memperkuat kerja sama strategis di bidang pendidikan tinggi dan riset dengan negara-negara ASEAN.--Kemendiktisaintek

JAKARTA, DISWAY.ID - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) bersama PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) mengumumkan tiga tim penerima dana penelitian terbaik Ristek Kalbe Science Award (RKSA) 2025 dengan mengusung tema “Kerja sama Pentahelix dalam Menunjang Hilirisasi Penelitian” di Graha Kemdiktisaintek, Rabu 3 Desember.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Fauzan Adziman mengungkapkan bahwa gelaran RKSA merupakan bentuk dukungan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia serta sejalan dengan kebijakan “Diktisaintek Berdampak”.

“RKSA selaras dengan langkah strategis Diktisaintek Berdampak yang digagas Kemendiktisaintek. Upaya menransformasi sains dan teknologi sebagai penggerak utama perubahan sosial dan ekonomi bangsa yang bermanfaat secara langsung untuk masyarakat, membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Oleh karena itu,kami mengapresiasi inisiatif Kalbe dalam mendukung ekosistem inovasi nasional antara sektor pemerintah dan industri kesehatan,” tutur Dirjen Fauzan.

BACA JUGA:Punya Potensi Nilai Ekonomi tapi Riset tentang Jamur Masih Minim

Riset Fundamental hingga Hilirisasi: Arah Strategis Riset Kemdiktisaintek

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, M. Fauzan Adziman, dalam keynote speech-nya menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) harus diposisikan sebagai sarana strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan sekadar tujuan pengembangan teknologi. 

“AI bukanlah tujuan akhir; sebaliknya, AI berfungsi sebagai alat yang sangat kuat dan strategis, sebuah enabler, untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia secara menyeluruh,” tegasnya.

Karena itu, pengembangan AI didorong agar tidak hanya unggul secara teknis dan komersial, tetapi juga berlandaskan tata kelola yang baik, etika yang jelas, dan keberpihakan pada kepentingan publik.

BACA JUGA:Kisah Sulis, Dosen Muda ITB yang Menginspirasi Lewat Riset Laut dan Ketulusan Hati

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemdiktisaintek mendorong penerapan model kolaborasi Pentahelix yang melibatkan Akademi, Bisnis, Pemerintah, Komunitas, dan Media sebagai arsitektur solusi inovasi AI yang inklusif dan bertanggung jawab.

Pendekatan Pentahelix ini diharapkan menjadikan pengembangan AI di Indonesia lebih responsible dan inclusive, dengan mengantisipasi bias data, disrupsi tenaga kerja, serta berbagai isu etika melalui dialog dan sinergi multi–pemangku kepentingan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Junaidi Khotib, menyampaikan bahwa arah riset dan pengembangan Kemdiktisaintek berfokus pada tiga aspek utama.

BACA JUGA:Kisah Sulis, Dosen Muda ITB yang Menginspirasi Lewat Riset Laut dan Ketulusan Hati

“Kami menekankan penguatan riset fundamental di hulu, pengembangan talenta-talenta riset, serta hilirisasi hasil riset, agar sains dan teknologi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Junaidi menyampaikan bahwa penelitian-penelitian hasil RKSA diharapkan mampu menghadirkan solusi nyata terhadap berbagai permasalahan di bidang kesehatan serta memberikan dampak yang luas dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Sumber: