Israel Bangun Tembok dan Rencakan Serangan, Lebanon Laporkan ke PBB
Ilustrasi Perbatasan Lebanon-israel--Nahar Net
KALTARA, DISWAY.ID – Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali memanas setelah laporan media Israel menyebutkan rencana serangan terbatas oleh Tel Aviv di wilayah Lebanon.
Media Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan pada Jumat, 14 November 2025, bahwa operasi ini akan menargetkan lokasi-lokasi yang diklaim terkait dengan produksi senjata oleh kelompok Hezbollah.
Rencana serangan ini, menurut laporan yang dikutip oleh The New Arab, mencakup serangan udara di berbagai wilayah Lebanon, termasuk Lembah Bekaa dan Beirut.
BACA JUGA:Masuki Tahap Akhir, Pengumuman Seleksi Magang Nasional 2025 Batch 2 Tinggal Hitungan Hari
Israel menuduh fasilitas-fasilitas tersebut tersembunyi di bawah tanah atau berada di kawasan permukiman, klaim yang dibantah tegas oleh pihak Lebanon dan Hezbollah.
Selain itu, Israel menyatakan beberapa lokasi digunakan untuk mengubah rudal menjadi senjata presisi.
Namun, banyak pengamat menilai klaim tersebut berlebihan karena hingga kini bukti yang dapat diverifikasi tidak tersedia.
Menurut pejabat Israel, Hezbollah kini memiliki puluhan ribu roket dan telah memproduksi ribuan drone sejak gencatan senjata November 2023.
Meski begitu, Israel sendiri dianggap melanggar gencatan senjata tersebut melalui serangan rutin yang telah menewaskan lebih dari 300 orang, termasuk warga sipil.
Israel juga menyoroti kemampuan ofensif unit elit Hezbollah, Pasukan Radwan, yang disebutnya kembali aktif di dekat perbatasan.
BACA JUGA:Standar Nasional jadi Target, Pustakawan Kaltara Difasilitasi Sertifikasi
Pihak Lebanon membantah hal ini, menegaskan bahwa hanya tentara Lebanon yang bertugas di selatan Sungai Litani sesuai Resolusi PBB 1701, namun menambahkan bahwa serangan Israel membuat pengawasan menjadi lebih sulit.
Hezbollah menolak tuduhan Israel yang menyebut kelompok itu sedang memperkuat persenjataan atau membangun kembali infrastruktur militer.
Mereka menilai klaim tersebut sengaja dibuat Israel untuk membenarkan serangan terhadap kawasan sipil dan membuka jalan bagi operasi militer lebih luas.
Sumber: